Penggalan
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan
Karya
Agnes Danovar
T
|
iga
hari lamanya aku mengalami koma tanpa pernah bangun. Dan ketika aku terbangun
dari mimpiku, perlahankubukakan mataku, seluruh keluargaku ada disampingku.
Ayah, ibu, kedua kakakku, paman dan bibi serta teman-temanmu telah ada
disampingku. Suara ayat-ayat Al-Quran terdengar dan aku senang mereka tidak
marah padaku karena aku pergi tanpa pamitan. Ayah menyadari aku terbangun
dengan cepat memanggilku...
“Keke.. Keke sudah bangun?”tanya ayah dan
diikuti oleh yang lain.
“Ayah, maaf... Keke pergi tanpa
pamit!”ujarku.
Dan ayah binggung dengan pernyataanku
barusan. Dengan suara yang pelan karena aku tak sanggup bicara, serasa ada bola
dimulutku.
“Nggak apa-apa, Keke kalau mau pergi,
pergi aja. Ayah udah ikhlas kok.”ujar ayah yang mulai mengerti maksudku.
“Ayah... Ibu... Kak Chika, Kiki.”Dan
mulutku mulai tak kuat untuk berbicara.
Aku masih ingin mengatakan beberapa hal
namun suaraku hilang dari mulutku. Aku kesulitan untuk berkata-kata dan mengapa
disaat seperti ini, aku hanya menangis ketika melihat mereka ada disampingku
terlihat cemas. Ayah mencoba mendekatkan telinganya padaku namun sia-sia karena
tidak ada suara yang bisa ku sampaikan. Pamanku mendapatkan ide untuk mengambil
sebuah kertas dan pena lalu membiarkan aku menulis.
“Tulis disini, Keke... Tulis
disini!”ucap pamanku.
Dengan sekuat tenaga aku menggunakan
jariku untuk menulis. Tuhan maha besar membiarkan tanganku yang lumpuh dapat
bergerak. Walau banyak yang ingin ku tulis, tapi tanganku mulai tak kuat
bergerak. Aku hanya ingin melihat keluargaku bahagia dan rukun. Aku ingin
ketika aku pergi keluarga bisa ikhlas dan menerima semua ini. 15 tahun lamanya
Keke bisa hidup dalam sebuah kebahagiaan di dunia ini.
Dan Tuhan pun mengijinkan aku menulis
walaupun yulisan yang mampuk ku sampaikan hanya...
“Rukun dan bahagialah ketika Keke pergi....”
Tulisan tersebut setidaknya menjadi
harapan terakhirku. Ibu, maafkan aku bila selama ini banyak salah terhadapmu.
Ayah, terimakasih karena telah merawat Keke tanpa pernah menyerah. Kedua
kakakku yang selalu ada ketika kubutuhkan. Pak Iyus, sahabat-sahabatku yang
telah memberikan aku kenangan ketika aku bersama kalian. Dan yang terakhir
Andi, orang yang tidak akan pernah sirna dalam hidupku. Walau aku tidak mempunyai
napas untuk menghirup udara, tapi aku mempunyai napas untuk mengingat kalian
selamanya.
Setelah apa yang ingin ku sampaikan
telah selesai, seluruh keluargaku mulai mengikhlaskan aku untuk pergi. Air mata
menjadi tanda terakhir ketika aku mulai mengantuk. Aku merasa lelah, aku ingin
memejamkan mataku kembali. Tapi aku melupakan satu hadiah yang kubawa dari
kakak untuk orang-orang yang ku sayangi. Sayangnya aku baru menyadari bunga
melati yang kubawa itu telah hilang saat aku berlari oleh angin.
Tapi aku masih bisa memohon pada kakak
cantik yang berada disana, yang sedang menungguku. Bolehkan aku meminta untuk
memberikan harum bunga melati kepada setiap orang yang kutinggalkan? Biarkan
harum tersebut menghapus duka dalam hati mereka, biarkan harum tersebut
membawaku kepadamu. Karena aku telah siap untuk tinggal bersama diistanamu. Dan
biarkan harum tersebut mengakhiri duka sedih ini menjadi kebahagiaan. Biarkan
harum tersebut menjadi pertanda aku telah pergi dari dunia ini.
apa ini ,, kedua kelebihan
BalasHapus