Rabu, 08 Februari 2012

Bahasa dan Kelas Sosial

BAHASA DAN KELAS SOSIAL

Pada pembahasan bahasa dan kelas sosial, terdapat 3 topik pembicaraan yang utama. Ketiga topik tersebut yaitu pertama, membicarakan mengenai perian-tentang masyarakat tutur. Kedua, membicarakan mengenai perian tentang variasi bahasa. Dan yang ketiga, membicarakan mengenai fungsi bahasa. Kecenderungan sosiolinguistik yang mengkaji bahasa sebagai tingkah laku manusia, membuat pembahasan pada bahasa dan kelas sosial ini lebih fokus kepada penggunaan bahasa pada masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka terlebih dahulu kita bahas mengenai perian tentang masyarakat tutur. Masyarakat tutur merupakan pemakai bahasa yang menguasai repertoar bahasa. Adapun repertoar bahasa ialah kemampuan komunikatif, yang dimiliki dan dikuasai individu sebagai pelaku tutur terhadap bahasa dan variasi bahasa. Adanya masyarakat tutur disebut disebabkan oleh adanya kebersamaan dalam kode linguistik. Lalu, adanya dimensi sosial psikologi yang subjektif, serta sikap dan kepercayaan para pemakai bahasa terhadapa bahasa yang ada dalam masyarakat. Dari berbagai hal/faktor pembentuk masyarakat tutur tersebut, lahirlah tipe-tipe masyarakat tutur yang dapat di pilah-pilah berdasarkan pembentuk kelompok sosialnya, berdasar pemerolehan kepandaian berbahasanya, berdasarkan strata sosial, ciri perkembangan serta berdasarkan kegiatan tuturnya.

Masyarakat tutur yang terbentuk berdasarkan kelompok sosialnya itu dibentuk atas dasar kepentingan yang sama (common interest) seperti pengajian terang bulan, asosiasi ekonomi, idiologi, budaya, dll. Selain itu kelompok sosial juga membentuk masyarakat tutur berdasarkan darah keturunan yang sama (common ancestry) seperti masyarakat suku Jawa, Arab, dll. Untuk kelompok sosial pembentukan masyarakat tutur selanjutnya berdasar pada kesamaan teritorial (daerah), seperti masyarakat tutur RT x. Dan yang terakhir kelompok sosial berdasarkan ciri lahiriah yang dapat dilihat dari warna kulit, rambut, dll, sepeti masyarakat tutur kulit putih/kulit hitam.

Selanjutnya masyarakat tutur berdasarkan pemerolehan kepandaian berbahasa dibagi menjadi monolingual (ekebahasa) yang menggunakan bahasa suku dalam kehidupannya, masyarakat tutur tersebut dapat diketahui pada masyarakat primitif. Kemudian ada juga bilingual (dwi bahasa), dalam berinteraksi menggunakan 2 pilihan bahasa secara bebas, sedangkan untuk multilingual, masyarakatnya memiliki tiga/lebih kompetensi berbahasa.

Ketiga adalah mayarakat tutur berdasarkan sosialnya, yaitu masyarakat lapisan atas misalnya tuan tanah. Masyarakat lapisan menengah misalnya pegawai. Terakhir masyarakat lapisan bawah seperti buruh. Selain itu masyarakat tutur yang terbentuk berdasarkan ciri perkembangannya, terbagi atas masyarakat primitif, tradisional, pra industri, juga modern. Masyarakat tutur yang terakhir terbentuk berdasarkan kegiatan tutur yaitu speech situation yaitu masyarakat tutur yang bertuturnya melihat situasi. Lalu speech event yaitu masyarakat tutur yang bertuturnya melihat peristiwa yang terjadi, dan yang terakhir speech act, yaitu masyarakat tutur yang bertuturnya melihat tindakan.

Dari berbagai jenis masyarakat tutur diatas, terbentuklah perian tentang variasi behasa yang terbentuk berdasarkan jenis dan sumber, lalu dibahas pula kriteria dan wujud bahasa serta tipologi variasi bahasa. Berdasarkan jenis bahasanya, variasi bahasa dibedakan atas interpersonal, intrapersonal dan inheren. Variasi kedua adalah variasi eksternal/ekstrasistemik yang digunakan oleh sosiolinguistik kriteria dan wujud bahasa dibedakan menjadi dua juga yaitu berdasar pada penutur dan pada pemakaian. Berdasar pada penutur perorangan, biasanya disebut idiolek dan kelompok. Untuk yang berdasar pemakai dibagi menjadi 3, yaitu atas dasar bidang, tingkat formalitas serta sarana pemakaian yang berupa tulisan lisan dan tulis dari jenis dan sumber variasi bahasa, kemudian pembahasan kriteria dan wujudnya, terakhir dalam perian tentang variasi bahasa dibahas mengenai tipologi variasi bahasa, yang meliputi tipologi formal dan fungsional. Kedua tipologi tersebut hadir dengan parameter stward, sikap politik dan pemerolehan bahasa. Sosiolinguistik daam hal ini cenderung erorientasi pada tipologi fungsional.

Terakhir adalah fungsi bahasa yang terdiri atas fungsi eksternal dan internal. Fungsi bahasa eksternal berarti bahwa bahasa dilihat sebagai tingkah laku manusia. Dari hal itu fungsi eksternal bahasa dibagi menjadi gungsi budaya, kemasyarakatan, personal, kependidikan. Berdasarkan hal tersebut pengkajian sosiolinguistik memfungsikan bahasa cenderungterhadap fungsi eksternal, sedangkan fungsi internal bahasa ialah fungsi bahasa pada struktur bahasa itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar