BAHASA DAN KELAS SOSIAL
Pada pembahasan bahasa
dan kelas sosial, terdapat 3 topik pembicaraan yang utama. Ketiga topik
tersebut yaitu pertama, membicarakan mengenai perian-tentang masyarakat tutur.
Kedua, membicarakan mengenai perian tentang variasi bahasa. Dan yang ketiga,
membicarakan mengenai fungsi bahasa. Kecenderungan sosiolinguistik yang
mengkaji bahasa sebagai tingkah laku manusia, membuat pembahasan pada bahasa
dan kelas sosial ini lebih fokus kepada penggunaan bahasa pada masyarakat.
Sehubungan dengan hal
tersebut, maka terlebih dahulu kita bahas mengenai perian tentang masyarakat
tutur. Masyarakat tutur merupakan pemakai
bahasa yang menguasai repertoar bahasa. Adapun repertoar bahasa ialah kemampuan
komunikatif, yang dimiliki dan dikuasai individu sebagai pelaku tutur terhadap
bahasa dan variasi bahasa. Adanya masyarakat tutur disebut disebabkan oleh
adanya kebersamaan dalam kode linguistik. Lalu, adanya dimensi sosial psikologi
yang subjektif, serta sikap dan kepercayaan para pemakai bahasa terhadapa
bahasa yang ada dalam masyarakat. Dari berbagai hal/faktor pembentuk masyarakat
tutur tersebut, lahirlah tipe-tipe masyarakat tutur
yang dapat di pilah-pilah berdasarkan pembentuk kelompok sosialnya, berdasar
pemerolehan kepandaian berbahasanya, berdasarkan strata sosial, ciri
perkembangan serta berdasarkan kegiatan tuturnya.
Masyarakat tutur yang
terbentuk berdasarkan kelompok sosialnya itu
dibentuk atas dasar kepentingan yang sama (common interest) seperti pengajian
terang bulan, asosiasi ekonomi, idiologi, budaya, dll. Selain itu kelompok
sosial juga membentuk masyarakat tutur berdasarkan darah keturunan yang sama
(common ancestry) seperti masyarakat suku Jawa, Arab,
dll. Untuk kelompok sosial pembentukan masyarakat tutur selanjutnya berdasar
pada kesamaan teritorial (daerah), seperti masyarakat tutur RT x. Dan yang
terakhir kelompok sosial berdasarkan ciri lahiriah yang dapat dilihat dari warna kulit, rambut, dll, sepeti masyarakat tutur
kulit putih/kulit hitam.
Selanjutnya masyarakat
tutur berdasarkan pemerolehan kepandaian berbahasa dibagi
menjadi monolingual (ekebahasa) yang menggunakan
bahasa suku dalam kehidupannya, masyarakat tutur tersebut dapat diketahui pada
masyarakat primitif. Kemudian ada juga bilingual
(dwi bahasa), dalam berinteraksi menggunakan 2 pilihan bahasa secara bebas,
sedangkan untuk multilingual, masyarakatnya
memiliki tiga/lebih kompetensi berbahasa.
Ketiga adalah mayarakat
tutur berdasarkan sosialnya, yaitu masyarakat
lapisan atas misalnya tuan tanah. Masyarakat lapisan menengah misalnya pegawai.
Terakhir masyarakat lapisan bawah seperti buruh. Selain itu masyarakat tutur
yang terbentuk berdasarkan ciri perkembangannya,
terbagi atas masyarakat primitif, tradisional, pra industri, juga modern.
Masyarakat tutur yang terakhir terbentuk berdasarkan kegiatan tutur yaitu
speech situation yaitu masyarakat tutur yang bertuturnya melihat situasi. Lalu
speech event yaitu masyarakat tutur yang bertuturnya melihat peristiwa yang
terjadi, dan yang terakhir speech act, yaitu masyarakat tutur yang bertuturnya
melihat tindakan.
Dari berbagai jenis
masyarakat tutur diatas, terbentuklah perian tentang variasi behasa yang
terbentuk berdasarkan jenis dan sumber, lalu dibahas pula kriteria dan wujud
bahasa serta tipologi variasi bahasa. Berdasarkan jenis bahasanya, variasi
bahasa dibedakan atas interpersonal, intrapersonal dan inheren. Variasi kedua
adalah variasi eksternal/ekstrasistemik yang digunakan oleh sosiolinguistik
kriteria dan wujud bahasa dibedakan menjadi dua juga yaitu berdasar pada
penutur dan pada pemakaian. Berdasar pada penutur perorangan, biasanya disebut
idiolek dan kelompok. Untuk yang berdasar pemakai dibagi menjadi 3, yaitu atas
dasar bidang, tingkat formalitas serta sarana pemakaian yang berupa tulisan
lisan dan tulis dari jenis dan sumber variasi bahasa, kemudian pembahasan
kriteria dan wujudnya, terakhir dalam perian tentang variasi bahasa dibahas
mengenai tipologi variasi bahasa, yang meliputi tipologi formal dan fungsional.
Kedua tipologi tersebut hadir dengan parameter stward, sikap politik dan
pemerolehan bahasa. Sosiolinguistik daam hal ini cenderung erorientasi pada
tipologi fungsional.
Terakhir adalah fungsi
bahasa yang terdiri atas fungsi eksternal dan internal. Fungsi bahasa eksternal
berarti bahwa bahasa dilihat sebagai tingkah laku manusia. Dari hal itu fungsi
eksternal bahasa dibagi menjadi gungsi budaya, kemasyarakatan, personal,
kependidikan. Berdasarkan hal tersebut pengkajian sosiolinguistik memfungsikan
bahasa cenderungterhadap fungsi eksternal, sedangkan fungsi internal bahasa
ialah fungsi bahasa pada struktur bahasa itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar