MAKALAH
MEMORI, PIKIRAN,
DAN BAHASA
Disusun
untuk memenuhi tugas Psikolingiuistik.
Dosen
pengampu :
Disusun
oleh kelompok 9.
Citra
Mina
Yuli
Mustikah :
09410287
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA
DAN SENI
IKIP PGRI
SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR
Kata memori dipilih karena padanannya.
Ingatan mempunyai makna yang lebih luas daripada memori. Kata ingatan tidak
hanya bisa dikaitkan dengan verba mengingat tetapi juga dengan verba
mengingatkan, memperingati dan memperingatkan sehingga ia ada kaitannya dengan
peringatan. Kata yang terakhir ini bisa merujuk ke suatu peristiwa menyenangkan
ataupun sesuatu yang bersifat mengancam.
Makalah MEMORI, PIKIRAN DAN BAHASA ini
berisi tentang pengertian memori, proses pembentukan memori serta hubungan
antara pikiran dan bahasa pada manusia yang diharapkan mampu menambah wawasan
pembaca akan pentingnya memori dan pikiran.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan mampu menambah ilmu dalam proses pembelajaran dikelas.
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Memori atau ingatan adalah bagian
integral dari eksitensi manusia, maksudnya manusia mampu menyimpan semua
ingatan baik dari masa lalu ataupun pada kejadian yang baru saja dialaminya.
2.Rumusan Masalah
a.Apa saja macam-macam
memori?
b.Bagaimana proses
pembentukan memori?
c.Apa hubungan antara
pikiran dan bahasa?
3.Tujuan
a.Mengetahui tentang
macam-macam memori.
b.Mengetahui bagaimana
proses pembentukan memori.
c.Untuk mengetahui
hubungan antara pikiran dan bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Memori merupakan bagian integral dari
eksitensi manusia. Sebagian besar apa yang kita ketahui tentang dunia ini bukan
berasal dari saat kita lahir tetapi kita peroleh melalui pengalaman yang kita
simpan dalam memori kita. Psikolog asal Jerman Herman Ebbinghaus (1850-1909)
berpendapat mengenai memori yang hidupnya singkat/ memori jangka pendek
(short-term memory) dan memori yang hidupnya lama/ memori jangka panjang
(long-term memory).
A. Macam-macam Memori
Squire dan Kandel (1999) membagi
memori menjadi yakni memori nondeklaratif
dan memori deklaratif. Memori nondeklaratif berasal dari pengalaman
tetapi terwujud dalam perubahan perilaku, bukan relokasi terhadap peristiwa
masa lalu. Memori nondeklaratif ini
bersifat instingtif (menekankan pada
insting).
Memori deklaratif adalah memori untuk peristiwa, fakta, kata, muka, musik
dan segala bentuk pengetahuan yang telah kita peroleh dalam hidup. Memori ini
lebih menekankan pada tindakan.
Faktor-faktor yang menentukan
pemerolehan memori deklaratif:
1)
Faktor Keseringan
Makin sering sutu peristiwa diulang
makin besar kemungkinan untuk memori peristiwa tersebut akan tertanam.
2)
Faktor relevansi
Jika sebuah pengalaman dirasakan
relevan dan berkesan akan menumbuhkan memori yang cukup lama bahkan seumur
hidup, misalnya cinta pertama.
3)
Faktor signifikansi
Suatu hal yang signifikan umumnya
akan diingat cukup lama.
4)
Faktor gladi kotor
Artinya seseorang harus berlatih
secara terus meneru untuk membentuk memorinya. Misalnya seorang penyanyi yang
berlatih menghapalkan lagunya.
5)
Faktor Keteraturan
Hal-hal yang ditata secara teratur
akan lebih mudah diingat dari pada yang diletakkan secara acak.
Seorang psikolog bernama William
James (1841-1910) memebagi memori menjadi dua yaitu memori pendek dan memori
panjang.
1.
Memori Pendek.
Memori pendek merupakan memori yang
menahan informasi secara temporer sampai memori itu dilupakan atau dimasukkan
ke dalam memori panjang. Memori pendek dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Memori pendek sejenak
Memori
ini merajuk pada informasi yang dapat ditahan pada saat memori itu diperoleh
sehingga fokus perhatian ada pada aliran pikiran yang sedang melaju. Memori
pendek maksimal hanya dapat bertahan selama 30 detik saja.
b) Memori pendek kerja
Memori
pendek kerja adalah perpanjangan dari memori pendek sejenak hanya untuk
beberapa menit saja karena proses pengulangan, misalnya mengulang nomor telpon
sebelum menekan nomor-nomor telpon yang akan kita hubungi.
2.
Memori Panjang.
Memori yang tersimpan selama kurun
waktu yang lama, bisa saja seumur hidup tersimpan. Misalnya siapa guru yang
paling disukai atau orang yang paling dibenci.
B. Pembentukan dan
Pemakaian Memori
Memori dibentuk dan
dipakai memalui tiga tahap: input,
penyimpanan dan output (Clark dan
Clark 1977: 134-136; Engel 1999:5).
1)
Tahap Input
Orang umumnya menerima masukan, baik
lisan maupun tulisan, kemudian memberikan interpretasi tentang masukan itu
untuk memahaminya. Biasanya orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya.
Karena itu, yang disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau
dibaca tetapi isi dari keseluruhan kata-kata itu.
2)
Tahap penyimpanan
Tahap penyimpanan dimulai dengan
proses menyimpan informasi pada memori pendek, bila informasi tersebut dirasakan
penting dan perlu disimpan kedalam jangka waktu lama, maka informasi itu
dikirim ke memori panjang.
3)
Tahap Output
Pada tahap output ini ada dua cara yang dipakainya: rekognisi (recognition) dan Rekol (recall). Pada umumnya rekognisi lebih
mudah daripada rekol, karena Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan
meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan
sebelumnya. Misalnya seseorang diminta menjawab apakah benda yang diperlihatkan
padanya pernah dia lihat sebelumnya.
Sedangkan pada rekol orang diminta
untuk menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dengar sebelumnya. Misalnya
seseorang diperlihatkan sebuah benda yang pernah dia lihat sebelumnya kemudian
memintanya untuk menjawab benda apa itu.
C. Memori dan Hafalan
Hafalan juga adalah memori tapi
prosesnya berbeda. Memori bisa terbentuk tanpa kita mengadakan suatu usaha
khusus untuk memperolehnya. Sedangkan hafalan hanya akan menjadi memori dengan
suatu tindakan yang khusus. Sesuatu akan dapat dihafalkan dengan mudah apabila
bahan tersebut bermakna/ memiliki makna.
Misalnya seorang aktor harus
mempelajari berulang-ulang (menghafalkan) naskah yang akan diucapkannya, dari
hal tersebut dia akan menyimpan hasil hafalan itu didalam memorinya.
D. Proposisi Dalam
Memori
Yang tersimpan dalam memori bukanlah
kata melainkan makna. Begitu makna suatu ujaran sudah kita tangkap,
kata-katanya sudah tidak kita perlukan lagi hanya makna atau proposisilah yang
kita simpan.
Gorge Miller (1962) dengan teorinya
bernama Theory of Derivational Complexity
atau TDC mengemukakan, mudah tidaknya makna suatu kalimat dipahami ditentukan oleh
derivasi/ susunan kalimat itu. Dalam
TDC terkandung pengertian bahwa kalimat dinyatakan sebagai proposisi dengan
segala macam saling hubungnya.
Perhatikan kalimat berikut:
1)
Senna membeli sepasang sepatu baru.
2)
Senna tidak membeli sepau baru.
3)
Apakah Senna membeli sepatu baru?
4)
Bukankah Senna membeli sepatu baru?
Diantara ke-4 kalimat tersebut
kalimat pertamalah yang mudah untuk dimengerti. Kalimat ke-2 susah dimengerti
karena mengurupakan derivasi negative, sendankan kalimat ke-3 susah dimengerti
karena kalimat tersebut merupakan derivasi introgatif, dan kalimat ke-4 adalah
yang paling sulit karena perpaduan antara derivasi negatif dan introgatif.
E. Pikiran dan Bahasa
Sebagian orang berpandangan bahwa
orang dapat berpikir tanpa memakai bahasa. Seorang filosof bernama Mueller
(1887) berpandangan bahwa bahasa dan pikiran tidak dapat dipisahkan. Manusia
tidak mungkin berpikir tanpa bahasa.
Menurut Piaget (1924/55) yang
meneliti anak-anak untuk melihat bagaimana bahasa terkait dengan pikiran
menyimpulkan ada dua macam modus pikiran: pikiran terarah (directed) atau pikiran inteligen (inteligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran autistik (autistic).
Kenyataan bahwa anak berbicara pada
orang lain maupun pada dirinya sendiri menimbulkan pertanyaan apakah ada
derajat komunikabilitas pada anak. Piaget percaya hal itu ada dan menamakannya
sebagai pikiran egosentris dan bentuk
bahasanya sebagai bahasa egosentris.
Sosialisasi dengan anak lain disekitar menurunkan derajat egosentrisme. Makin
besar sosialisasi itu, makin mengecilnya ujaran egosentrisnya dan lama-lama hilang.
Psikolog Rusia Vygotsky (1962)
berpandangan bahwa ujaran egosentris tidak hilang melainkan mengalami
tranformasi genetik dan berubah menjadi apa yang dia namakan inner speech. Hubungan antara inner speech dengan external speech mau tak mau harus memanfaatkan bunyi karena ujaran
hanya dapat terwujud dengan bunyi fonetik. Namun tidak berarti bahwa inner speech hanyalah wujud batin dari external speech. Inner speech masih suatu bentuk ujaran, yakni pikiran yang
berkaitan dengan kata. Bedanya adalah external
speech terwujud dalam kata sedangkan pada inner speech kata-kata itu lenyap pada saat pikiran itu terbentuk.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
pada saat anak tumbuh pikiran yang terujar menjadi makin kecil dan setelah
dewasa berpikir tidak lagi dilakukan dengan memakai kata yang terujarkan. Jarak
yang makin jauh antara inner speech dengan bunyi fonetik yang dipakai untuk
mewakilinya mempercepat proses berpikir.
BAB III
PENUTUP
Memori merupakan bagian integral dari
eksitensi manusia. Sebagian besar apa yang kita ketahui tentang dunia ini bukan
berasal dari saat kita lahir tetapi kita peroleh melalui pengalaman yang kita
simpan dalam memori kita. Memori
dibentuk dan dipakai memalui tiga tahap: input, penyimpanan dan output. Hafalan
juga adalah memori tapi prosesnya berbeda. Memori bisa terbentuk tanpa kita
mengadakan suatu usaha khusus untuk memperolehnya. Sedangkan hafalan hanya akan
menjadi menjadi memori dengan suatu tindakan yang khusus
Yang tersimpan dalam memori bukanlah
kata melainkan makna. Begitu makna suatu ujaran sudah kita tangkap,
kata-katanya sudah tidak kita perlukan lagi hanya makna atau proposisilah yang
kita simpan.
Menurut Piaget (1924/55) yang meneliti
anak-anak untuk melihat bagaimana bahasa terkait dengan pikiran menyimpulkan
ada dua macam mous pikiran: pikiran terarah (directed) atau pikiran inteligen (inteligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran autistik (autistic).
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
pada saat anak tumbuh pikiran yang terujar menjadi makin kecil dan setelah
dewasa berpikir tidak lagi dilakukan dengan memakai kata yang terujarkan. Jarak
yang makin jauh antara inner speech
dengan bunyi fonetik yang dipakai untuk mewakilinya mempercepat proses
berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar