Memori merupakan bagian integral dari eksitensi manusia. Sebagian besar apa yang kita ketahui tentang dunia ini bukan berasal dari saat kita lahir tetapi kita peroleh melalui pengalaman yang kita simpan dalam memori kita. Psikolog asal Jerman Herman Ebbinghaus (1850-1909) berpendapat mengenai memori yang hidupnya singkat/ memori jangka pendek (short-term memory) dan memori yang hidupnya lama/ memori jangka panjang (long-term memory).
A. Macam-macam Memori
Squire dan Kandel (1999) membagi memori menjadi yakni memori nondeklaratif dan memori deklaratif. Memori nondeklaratif berasal dari pengalaman tetapi terwujud dalam perubahan perilaku, bukan relokasi terhadap peristiwa masa lalu. Memori nondeklaratif ini bersifat instingtif (menekankan pada insting).
Memori deklaratif adalah memori untuk peristiwa, fakta, kata, muka, musik dan segala bentuk pengetahuan yang telah kita peroleh dalam hidup. Memori ini lebih menekankan pada tindakan.
Faktor-faktor yang menentukan pemerolehan memori deklaratif:
1) Faktor Keseringan
Makin sering sutu peristiwa diulang makin besar kemungkinan untuk memori peristiwa tersebut akan tertanam.
2) Faktor relevansi
Jika sebuah pengalaman dirasakan relevan dan berkesan akan menumbuhkan memori yang cukup lama bahkan seumur hidup, misalnya cinta pertama.
3) Faktor signifikansi
Suatu hal yang signifikan umumnya akan diingat cukup lama.
4) Faktor gladi kotor
Artinya seseorang harus berlatih secara terus meneru untuk membentuk memorinya. Misalnya seorang penyanyi yang berlatih menghapalkan lagunya.
5) Faktor Keteraturan
Hal-hal yang ditata secara teratur akan lebih mudah diingat dari pada yang diletakkan secara acak.
Seorang psikolog bernama William James (1841-1910) memebagi memori menjadi dua yaitu memori pendek dan memori panjang.
1. Memori Pendek.
Memori pendek merupakan memori yang menahan informasi secara temporer sampai memori itu dilupakan atau dimasukkan ke dalam memori panjang. Memori pendek dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Memori pendek sejenak
Memori ini merajuk pada informasi yang dapat ditahan pada saat memori itu diperoleh sehingga fokus perhatian ada pada aliran pikiran yang sedang melaju. Memori pendek maksimal hanya dapat bertahan selama 30 detik saja.
b) Memori pendek kerja
Memori pendek kerja adalah perpanjangan dari memori pendek sejenak hanya untuk beberapa menit saja karena proses pengulangan, misalnya mengulang nomor telpon sebelum menekan nomor-nomor telpon yang akan kita hubungi.
2. Memori Panjang.
Memori yang tersimpan selama kurun waktu yang lama, bisa saja seumur hidup tersimpan. Misalnya siapa guru yang paling disukai atau orang yang paling dibenci.
B. Pembentukan dan Pemakaian Memori
Memori dibentuk dan dipakai memalui tiga tahap: input, penyimpanan dan output (Clark dan Clark 1977: 134-136; Engel 1999:5).
1) Tahap Input
Orang umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu, yang disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi dari keseluruhan kata-kata itu.
2) Tahap penyimpanan
Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada memori pendek, bila informasi tersebut dirasakan penting dan perlu disimpan kedalam jangka waktu lama, maka informasi itu dikirim ke memori panjang.
3) Tahap Output
Pada tahap output ini ada dua cara yang dipakainya: rekognisi (recognition) dan Rekol (recall). Pada umumnya rekognisi lebih mudah daripada rekol, karena Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan sebelumnya. Misalnya seseorang diminta menjawab apakah benda yang diperlihatkan padanya pernah dia lihat sebelumnya.
Sedangkan pada rekol orang diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dengar sebelumnya. Misalnya seseorang diperlihatkan sebuah benda yang pernah dia lihat sebelumnya kemudian memintanya untuk menjawab benda apa itu.
C. Memori dan Hafalan
Hafalan juga adalah memori tapi prosesnya berbeda. Memori bisa terbentuk tanpa kita mengadakan suatu usaha khusus untuk memperolehnya. Sedangkan hafalan hanya akan menjadi memori dengan suatu tindakan yang khusus. Sesuatu akan dapat dihafalkan dengan mudah apabila bahan tersebut bermakna/ memiliki makna.
Misalnya seorang aktor harus mempelajari berulang-ulang (menghafalkan) naskah yang akan diucapkannya, dari hal tersebut dia akan menyimpan hasil hafalan itu didalam memorinya.
D. Proposisi Dalam Memori
Yang tersimpan dalam memori bukanlah kata melainkan makna. Begitu makna suatu ujaran sudah kita tangkap, kata-katanya sudah tidak kita perlukan lagi hanya makna atau proposisilah yang kita simpan.
Gorge Miller (1962) dengan teorinya bernama Theory of Derivational Complexity atau TDC mengemukakan, mudah tidaknya makna suatu kalimat dipahami ditentukan oleh derivasi/ susunan kalimat itu. Dalam TDC terkandung pengertian bahwa kalimat dinyatakan sebagai proposisi dengan segala macam saling hubungnya.
Perhatikan kalimat berikut:
1) Senna membeli sepasang sepatu baru.
2) Senna tidak membeli sepau baru.
3) Apakah Senna membeli sepatu baru?
4) Bukankah Senna membeli sepatu baru?
Diantara ke-4 kalimat tersebut kalimat pertamalah yang mudah untuk dimengerti. Kalimat ke-2 susah dimengerti karena mengurupakan derivasi negative, sendankan kalimat ke-3 susah dimengerti karena kalimat tersebut merupakan derivasi introgatif, dan kalimat ke-4 adalah yang paling sulit karena perpaduan antara derivasi negatif dan introgatif.
E. Pikiran dan Bahasa
Sebagian orang berpandangan bahwa orang dapat berpikir tanpa memakai bahasa. Seorang filosof bernama Mueller (1887) berpandangan bahwa bahasa dan pikiran tidak dapat dipisahkan. Manusia tidak mungkin berpikir tanpa bahasa.
Menurut Piaget (1924/55) yang meneliti anak-anak untuk melihat bagaimana bahasa terkait dengan pikiran menyimpulkan ada dua macam modus pikiran: pikiran terarah (directed) atau pikiran inteligen (inteligent) dan pikiran tak terarah atau pikiran autistik (autistic).
Kenyataan bahwa anak berbicara pada orang lain maupun pada dirinya sendiri menimbulkan pertanyaan apakah ada derajat komunikabilitas pada anak. Piaget percaya hal itu ada dan menamakannya sebagai pikiran egosentris dan bentuk bahasanya sebagai bahasa egosentris. Sosialisasi dengan anak lain disekitar menurunkan derajat egosentrisme. Makin besar sosialisasi itu, makin mengecilnya ujaran egosentrisnya dan lama-lama hilang.
Psikolog Rusia Vygotsky (1962) berpandangan bahwa ujaran egosentris tidak hilang melainkan mengalami tranformasi genetik dan berubah menjadi apa yang dia namakan inner speech. Hubungan antara inner speech dengan external speech mau tak mau harus memanfaatkan bunyi karena ujaran hanya dapat terwujud dengan bunyi fonetik. Namun tidak berarti bahwa inner speech hanyalah wujud batin dari external speech. Inner speech masih suatu bentuk ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. Bedanya adalah external speech terwujud dalam kata sedangkan pada inner speech kata-kata itu lenyap pada saat pikiran itu terbentuk.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa pada saat anak tumbuh pikiran yang terujar menjadi makin kecil dan setelah dewasa berpikir tidak lagi dilakukan dengan memakai kata yang terujarkan. Jarak yang makin jauh antara inner speech dengan bunyi fonetik yang dipakai untuk mewakilinya mempercepat proses berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar